Kecewa!
"Same old... same old... ", begitu kata orang, at least untuk menggambarkan hari ini. Selain rutinitas tiap hari, siang tadi sa nonton filmnya Meryl Streep tahun 80-an: Sophie's Choice (Neflix punya DVD). It's a good movie... of course, it's Ms. Streep's movie ... bisa dipastikan bagus, bahkan Nona Streep dapat Academy Awards untuk perannya sebagai Sophie di film ini. Tapi aneh saja lihat Peter MacNicol yang berperan sebagai Stingo ... yang di film ini perannya rada serius (sa ingat juga dia pernah main di drama seri tema kedokteran: "Chicago Hope" sebagai pengacara rumah sakit/yayasan). Sa bandingkan dengan waktu dia main di serial tv drama komedi Ally McBeal sebagai John Cage yang eksentrik, rada aneh dan kocak (I like his character in this tv serial). I enjoyed watching Sophie's choice... with this "kombinasi yang mengerikan":
DVD remote control (cool!), kopi (my second one today -- mengkhawatirkan...), dan Silverqueen ( mengerikan! Eh, ini masih bagian dari pemberian Mery --teman kantor-- sebelum sa berangkat hijrah dulu). Sa bilang kopi mengkhawatirkan, karena sebenarnya akhir-akhir ini sa sudah berusaha kurangi minum kopi (apalagi sa tahu yang sa konsumsi belakangan ini banyak kafeinnya). Trus, selama disini knapa di' jadi sulit sekali untuk tidak snacking? Padahal sudah mulai ma' khawatir kalo jeans-ku sudah mulai sesak. Weeeyy... blum pi ini winter (biasanya kalo winter ke-balala-an meningkat, dan berat badan dijamin akan naik). Dan sa sudah pernah merasakan tidak nyamannya kalo berat badan naik... pokoknya (sulit digambarkan béla!) sangat tidak nyaman! Mmmm... ini juga karena selama di sini ndak pernah lagi puasa. Di Makassar dulu, sa selalu ikut Ibu dan Ayah (plus Attong) puasa Senin Kamis. Badan rasanya énténg dan lebih bisa sabar dan menahan emosi. Eh, Ramadhan sebentar lagi... moga-moga lepas Ramadhan sa bisa kembali puasa Senin Kamis. Rindu rasanya puasa...
Ok... knapa judul ceritaku hari ini: "kecewa"? Heh... begini ceritanya. Tadi waktu ke bawah cek mailbox, sa ketemu dua orang perempuan yang postur dan mukanya kayak kita... tipe muka Malaysia/Indonesia lah. Trus, sa langsung tegur pake' bahasa Indonesia:
"Dari mana?"
"Indonesia... Jakarta".
Dalam hatiku tersenyum... woohoo!!! asyik... ada teman bisa diajak bicara Indonesia di gedung ini! Mereka terburu-buru bawa barang banyak... berlalu begitu saja. Trus sa ambil surat-surat di mailbox (ada 2 DVD dari Netflix lagi buat Iman dan David ). Pas tunggu di depan elevator lagi, eh... datangki kembali dua orang itu. Hehehehe... sa senyum lagi... bahkan lebih lebar Kita bertiga masuk elevator sama-sama. Sa masih terus tersenyum dan ndak berhenti tanya sambil terus tersenyum:
"Tinggal di mana?"
"Sekitar sini" (semua pertanyaanku dijawab singkat dan acuh tak acuh).
"Di lantai berapa (di sini?)"
"Lantai 7. Ada yang pindahan" (maksudnya mereka lagi bantu entah teman entah siapa untuk pindahan).
Trus, saya maju dan mengajak salaman sambil menyebut namaku. Dibalas salam, tanpa dia sebutkan nama *deeeh?!*. Selanjutnya mereka saling mengobrol dan mengacuhkan saya. Mmmm... :(.
Masih banyak lagi yang saya tanya dan mo tanya. Tapi semua dijawab dengan nada seperti enggan. Trus, mereka bicara-bicara seakan saya ndak ada di situ. Akhirnya, sa cuma angkat bahu. Dalam hati sa membatin. Masa bodoh! Ini orang Indonesia kah? Sebangsaku kah? Rasanya mo cubit tanganku... apa ini betulan? Weeyy... Hello???? Karena tanggapan mereka dingin (tidak excited sama sekali ketemu dengan sebangsanya ), mendadak rasanya jadi beku darahku. Mauku' itu ajak mereka untuk singgah kapan-kapan... kasih alamat supaya kalo mereka ke sini lagi bisa ki' bersilaturrahmi. Oh give me a break! apalagi one of them is wearing a hijab/jilbab? ... shame on you ! Mana itu yang namanya rasa bersaudara? apalagi kita sama-sama berada di negeri 'antah berantah'? Aaarrggghh... betulka'! begitu pintu elevator terbuka di lantai 6, rasanya ndak moka' bicara lagi dan mo langsung menghilang dari hadapan dua orang (baca: alien... entah dari planet mana!)... tapi sebagai muslim yang beradab, sebelum keluar dari elevator, sa masih sempat balik ke mereka sambil tersenyum dan bilang: "Assalaamu'alaykum". Sa ndak dengar lagi apa mereka jawab atau tidak. Issengko deh... yang jelas kalo seandainya ada detektor asap di badanku, bisa mi dilihat asap keluar dari dari kepalaku saking kesalnya... dan kecewanya... super duper berat!
Sa bandingkan dengan waktu di Canada (Toronto) dulu. Sering sekali ketemu orang Indonesia (baik itu anak sekolah maupun orangtua), dan mereka amat sangat excited ketemu dengan sesama orang Indonesia. Bukan berarti karena di Toronto jarang orang Indonesia... jangan salah! Malah di Toronto itu banyak sekali komunitas orang Indonesia. Dan reaksi mereka kalo ketemu sesama orang Indonesia, sangat sangat berbeda dengan dua orang perempuan yang saya ketemu tadi . Pernah di atas streetcar (trem) di China Town Toronto, seseorang dari belakang menegur saya (waktu itu saya pake' jaket fakultas dulu waktu di Unhas bertuliskan: "Kelautan"): "Mbak... dari Indonesia ya?". Trus dengan ramahnya mengajak salaman... dan kita ngobrol-ngobrol. Indahnya..!
Di sini? Meh . Sudah ada beberapa kesempatan ketemu orang Indonesia... tapi rata-rata sangat tidak ramah dan terkesan menge-cuek-kan saya. Mmmm... ada apa gerangan dengan orang Indonesia di negeri ini? Sudah berhati batu kah? Ugh... sorry... masih "esmosis" .
Well... cuma bisa menghela napas panjang. Kalo dipikir-pikir, sa juga ndak rugi ji kalo orang Indonesia, sebangsa dan setanah airku di sini, tidak ramah padaku. Hehehehe... di Foxwood Place (gedung apartemen kami) masih ada Mike (super ahli tukang gedung ini), Carmello (janitor, cleaning service), dan yang lain-lainnya yang setiap pagi dengan ramah selalu menyapa dan menyempatkan ngobrol . Dengan Carmello yang bahasa Inggrisnya patah-patah, sa belajar Spanish. Paling tidak untuk menyapa apa kabar dan saling bercerita penuh bangga tentang anak perempuannya yang seumur Iman. Atau penghuni apartemen lainnya yang selalu tersenyum dan mengajak ngobrol... padahal kenal nama pun tidak. Itu cukup membahagiakan... dan menghibur hatiku yang lagi kecewa berat. Kapan ketemu orang Indonesia di sini (yang belum sa kenal sebelumnya) yang ramah pada saat bertemu pertama kali? Mungkin kalo ada, sa langsung bikin (party)... bikin Coto Mangkasara'... saking senangnya. Tapi kapan ? Wallaahu a'lam. Semoga bukan cuma my wishful thinking...
Insha Allah!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home