Claddagh
Yes, two years ago today, David proposed me to my parents in Makassar. Acara sederhana yang dihadiri kurang lebih 30 orang keluarga dekat (meskipun awalnya yang diberitahu Ibu dan Ayah cuma Ambo' dan Indo' dari Sidrap dan tante serta om yang ada di Makassar... ternyata "berita baik" menyebar begitu cepat ;) ) versus David seorang diri (hehehe... beraninya di' datang sendiri?!) berlangsung dengan cepat dan tanpa basa-basi... tanpa kata-kata syair Bugis yang biasanya mengalun dari kedua belah pihak pada saat acara lamaran dan mappettuada. Dengan tegas (tidak nekkere' ki tawwa!), David menyatakan ke Ayahku kalo dia bermaksud untuk meminang saya jadi isterinya. Suasana heniiiiiiiiiiiing sekali pada saat David dan Ayah berbalas ngomong... sampe' kayaknya suara kertas yang jatuh pun akan kedengaran pada saat itu, hehehe. Spontan, Kolé yang duduk di samping David waktu itu kena "daulat" untuk menerjemahkan kepada hadirin arti dari "dialog" Ayah dan David itu. Momentum yang sangat berharga bagi kami sekeluarga... bagiku dan David...
kata David menjawab dengan suara yang tegas dan pasti pertanyaan retorik Ayah yang menanyakan maksud dia datang ke rumah kami...
Masih saya ingat malam sebelumnya, sepulang dari resepsi pernikahan sahabatku Tigin di IMMIM, kami berdua makan es krim di Swensens di Jalan Sultan Hasanuddin, saya menyatakan kalo hendaknya dia berpikir lagi apa memang sudah berketetapan hati untuk melamar saya... karena seandainya bila dia merasa ada sedikiiiiiiiiiiiiiiit saja rasa ragu, bagi saya tidak apa-apa. Kita tetap bisa jadi saudara, begitu kata saya. David memandang saya lekat dan bilang kalo dia sudah mantap bahkan sebelum dia memutuskan untuk datang mengunjungi saya di Makassar... pada hari ke-10 kami mulai kontak lewat email dan Yahoo!IM.
Rasanya dua tahun lalu seperti baru kemarin saja. Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah begitu nyata. Bahkan nenek (Indo')ku yang sudah berusia hampir 80 tahun, waktu Ayah menyampaikan bila cucunya yang tak kunjung menikah itu akan menikah (akhirnya, hehehe) dengan bulé, menjawab dengan enteng (dalam bahasa Bugis): bukankah memang sudah dinyatakan dalam Al-Quran kalo Dia menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal mengenal? Nah, Yaty kayaknya "kena" ayat itu. Begitu kata beliau. Istilahku, saya bilang... segala rencana-rencanaku dan David seperti "lewat di jalan bebas hambatan (tol)" saking mulusnya. Tidak ada pertanyaan dan interogasi yang berlanjut begitu hal yang paling utama terjawab: dia muslim (dan menjalankan ibadah sebagaimana seorang muslim). Terus terang, saya salut dan kagum dengan beberapa rekan yang berani menikah dengan pasangannya yang beda keyakinan... ataupun pasangannya berpindah agama karena menikah. Karena seandainya mereka berhasil 'membina' pasangannya untuk jadi "pasangan untuk bersama menuju ke Allah", tentulah pahala dari Allah atas apa yang mereka lakukan itu akan sangat besar. But not me... I'm not that brave. Mungkin karena usia saya yang boleh dibilang "menjelang maghrib" baru menikah (hehehe... mengaku ja' kodong?!), saya tidak merasa "kuat" untuk "mengajar" pasangan saya masalah agama dan keyakinan tersebut. Mungkin saya egois... tapi impian untuk bangun sholat subuh berjamaah dan bangun sahur bersama adalah beberapa di antara mimpi-mimpi indahku tentang hidup berumahtangga. Dengan David yang sudah lebih 10 tahun muslim (dua tahun lalu), mimpi-mimpi tersebut menjadi sangat nyata... alhamdulillaah... bahkan bukan cuma mimpi, tapi kenyataan.
Hari ini, kami berdua memperingati dua tahun dia memasangkan claddagh di jari manisku dengan makan malam di Café Asia di Arlington. Sayang, tidak ada Coto Makassar... tapi nasi uduk yang saya pesan cukup membuat saya merasa berada di tanah air. Habis itu, saya minta dibawa ke tempat favorit saya: toko buku (hehehe). He bought me a very cute bookmark and The Complete Illustrated Stitch Encyclopedia (saya lagi tertarik berat untuk kembali mencoba belajar menyulam. Siapa bilang tinggal di rumah membosankan??! *wink*).
Sehabis sholat Isya berjamaah dan berdoa, saya bilang ke David: two years... and still no regret? Jawabnya? Eh, ndak tahu mi juga deeeeeeeeeeeeeh... *tujuh belas tahun ke atas* mode on. Hahahahahaha!
4 Comments:
Yaty, how touching story. Saya jadi berkaca2 membacanya krn teringat dulu waktu Pangeranku dgn percaya diri datang melamarku seorang diri. Tdk formal ji acaranya, cuma ada tanteku, salah satu kakakku dan mama papaku. Waktu Daengku mengutarakan tujuan baiknya dia nyatakan dlm bhs Indonesia tapi saya masih harus menterjemahkan krn bhs Indonya belum begitu baik dan pake accent perancis lagi. Hening sesaat terus wkt papaku bilang setuju, dia langsung memeluknya erat2 sambil mengucapkan 'alhamdulillah' dan terima kasih. Kita semua yg hadir jadi menangis terharu. Ahh gosh it was 7 years ago, rasanya baru kemarin.
Alhamdulillah sekali dialah yg rajin mengajak saya beribadah. Dialah yg selalu membangunkan saya utk shalat subuh dan sahur. Bahagia memang kalau kita bisa menjalankan ibadah berjamaah. Ehh saya jadi curhat...sorry nah.
Semoga langgeng terus ya Yaty dan David. Semoga manjadi keluarga sakinah dan selalu mendapat barokah dlm rumah tangga kalian.
Miya sweetie, makasih banyak komen dan sharing ceritanya (hayo... itu blog di-update juga!). Salam buat Pangeran ta' nah... Barokallaah buat kalian berdua juga *hugs*
awwww..... trus trus.. adegan 17 tahunnya? *kabur sebelum dicetuk yaty* :D
Wah..seperti miya, saya juga terharu membacanya, jadi ingat kakak saya yang dapat orang belanda, juga lewat internet... selamat anniversary...semoga langgeng sampe kakek nenek...rajin-rajin nulis yaa cerita2 selama disana, oiya ijin buat ngelink juga ya
Post a Comment
<< Home