Kopi Kampung
Setelah tanya si nona yang bertugas di belakang kasir (kebetulan lagi sepi) sekalian minta ijin untuk bisa ambil gambar (asal jangan ambil papan harganya ya? katanya, memberi ijin). Trus, doi bilang: "wait" dan masuk ke dalam ruangan belakang dan kembali dengan brosur dan boks yang dihias cantik. Ooohhh... ternyata Kopi Kampung ini produk eksklusif terbaru dari Starbucks. Cuma saja, baru akan di-release hari Selasa besok... makanya doi blum bisa kasih kita brosur tersebut. Waktu saya jelaskan ke David arti "kopi kampung", si nona Starbucks tersenyum dan tunjukkan kalo di brosur itu juga dijelaskan artinya... plus ada foto-foto tentang alam Toraja lengkap dengan rumah adatnya yang khas itu. "Kopi kampung"nya dibungkus cantik dalam box...
Mmmmmm... a little taste of my island! Bangga ka' iya...
Updates: Hasil googling...
Taken from: http://www.starbucks.com/ourcoffees/black_apron_sulawesi_teaser.asp
Selasa, 16 Mei: KOPI KAMPUNG
*Siiiipp* Pulang kantor David belikan ka' satu kotak (ji... ka kalo dua kotak susah ki... ka mahal, hahahaha!), setengah pound (= 0.23 kg) biji kopi harganya sekitar 14 dollar. Tapi lumayaaaan... bisa minum kopi asli Toraja . Nantipi weekend (ka mesti digiling -- grind -- dulu) baru mo minta si Daeng bikinkan ka' kopi itu. Poréku' di'?! sudah diblikan mo lagi dibikinkan, hahahaha!
6 Comments:
Bahasa wha?
"Service-nya sucks sucks sucks"
:D that's what I called: bahasa campur, Honey!
Ck ck ck blog paling banyak okkotnya ini.....
'Tuk dg. leo:
Ka memang begitu lah saya :). Lahir besar di Makassar, masa' mo "létté' ki Monas"???
Klo mo Bahasa Indonesia yang baik dan benar, bisa tonji... mo pake' basa Bulé, not so bad lah... tapi jangki' suruhka' pake' guwe-guwe... atau "aku"... ka saya ya saya tonji, hehehehe
Ikutan bangga dgn kopi kampung. Eh malah lebih dekat dari kampungku? kapan pi bedeng ada kopi kalosi? hahaha.
Salut dengan bahasanya Yaty (ngelirik komen di atas), sama dgn saya yang tdk bisa bela pake gue2an, takut lidahku kepeleset hahaha. Saya sering malu sendiri kalau ketemu teman kecilku yg sdh tdk bisa lagi dgn bahasa daerahnya sendiri. Kalau mudik, orgn dikampung suka tdk percaya kalau saya masih lancar bhs Enrekang. Sa bilang org "mallaparru" ji itu kalo lupa krn dari kecil sampai SMA saya tinggal di kampung, jadi itu bhs sdh mendarah daging di tubuhkan dan tdk akan pernah kulupakan. ehh kok malah komentar bahasa ya.. soowwy
Miya! Makasih cess *pollok dulu*. David pernah juga "intip" ki blog ta' dan liat foto2 Enrekang... De bilang nanti kalo pulang, kita ke Kalosi/Toraja lihat kebun kopi eh? Hehehe... sapa takut? Seandainya ada Miya... ada yang jadi guide. Mudik tahun depan Ramadhan?
Mengenai bahasa :). Itumi... ini blog kan ini deskripsinya: "ceritaku". Nassa mi iya sa pake' gaya bahasa yang sama kalo sa lagi bercerita. Waktu di Toronto dulu, orang-orang di KJRI suka ejek ka' karena bahasa ku' bedeng "aneh dan lucu". Beh... sa balik ketawa. Sa bilang, justru menurutku, cara bicara mereka (yang bukan orang SulSel) yang "aneh dan lucu". Tiap orang unik toh? Yang pasti, sa bangga ji gang pake' bahasa dan gaya bicaraku sendiri. Klo keberatan, ya jangan baca, hahahaha!
Post a Comment
<< Home